Di tengah perubahan cara kerja yang semakin dinamis, dari kantor fisik menuju model hybrid dan remote, performa review atau penilaian kinerja juga ikut bertransformasi. Tidak lagi sekadar angka dan target, perusahaan kini mulai menggabungkan pendekatan metrik seperti KPI (Key Performance Indicator) dan OKR (Objectives and Key Results) dengan elemen humanis. Tujuannya jelas, tidak hanya menilai, tetapi juga memberdayakan.
Artikel ini membahas bagaimana perusahaan modern merancang sistem evaluasi yang seimbang antara logika bisnis dan nilai-nilai manusiawi, serta bagaimana KPI dan OKR tetap relevan jika diintegrasikan dengan empati, komunikasi terbuka, dan pengembangan karier.
Apa Itu KPI dan OKR dalam Konteks HR Modern
KPI atau Key Performance Indicator adalah indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian berdasarkan hasil kerja yang dapat diukur secara objektif. Contohnya seperti jumlah klien yang berhasil ditangani dalam sebulan, tingkat retensi pelanggan, atau persentase kehadiran karyawan.
Sementara itu, OKR atau Objectives and Key Results bersifat lebih strategis dan ambisius. Formatnya terdiri dari sebuah objective atau tujuan besar yang diikuti oleh beberapa key results atau hasil kunci yang terukur untuk mencapai tujuan tersebut. OKR mendorong inovasi dan hasil yang bermakna, bukan hanya aktivitas harian.
Dalam performa review modern, KPI sering digunakan untuk posisi operasional yang membutuhkan efisiensi, sedangkan OKR lebih banyak dipakai untuk peran strategis atau kreatif.
Mengapa Performa Review Lama Sudah Tidak Relevan
Model evaluasi kinerja konvensional yang dilakukan setahun sekali atau annual review kini dianggap tidak lagi efektif karena terlalu jarang untuk memberikan feedback yang konstruktif. Model lama ini juga terlalu fokus pada masa lalu, bukan pada pengembangan ke depan. Tak jarang, sistem ini justru menyebabkan stres karena penilaian tunggal menentukan bonus atau promosi.
HR masa kini lebih menyukai pendekatan continuous performa review yang dilakukan secara berkala, baik bulanan maupun kuartalan, dengan ruang untuk percakapan terbuka, refleksi, dan perencanaan bersama.
Sentuhan Humanis dalam Performa Review
Dalam dunia kerja modern, khususnya setelah pandemi, pendekatan humanis menjadi semakin penting. Beberapa bentuk pendekatan tersebut antara lain:
Pertama, evaluasi kini berbentuk percakapan dua arah, bukan monolog dari atasan. Evaluasi menjadi diskusi antara atasan dan bawahan untuk membahas progres, tantangan, dan peluang pengembangan.
Kedua, fokus berpindah dari sekadar penilaian ke arah pertumbuhan. Alih-alih menyoroti kesalahan, HR modern mendorong budaya belajar dan perbaikan berkelanjutan.
Ketiga, keseimbangan antara target dan kesejahteraan juga menjadi perhatian. Karyawan bukan mesin, dan kondisi psikologis serta work-life balance menjadi bagian penting dalam evaluasi.
Keempat, HR modern mulai mengakui bahwa gaya kerja dan motivasi setiap karyawan berbeda. Maka pendekatan review pun disesuaikan agar lebih efektif.
Menggabungkan KPI, OKR, dan Pendekatan Humanis
Menggabungkan pendekatan berbasis metrik dan pendekatan humanis bukanlah hal yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan perusahaan antara lain:
Mulailah dengan goal setting kolaboratif. KPI dan OKR tidak ditentukan secara top-down, melainkan dibentuk bersama karyawan agar mereka merasa memiliki dan terlibat.
Gunakan KPI untuk mengukur output yang jelas dan spesifik, dan OKR untuk mendorong inovasi serta eksplorasi potensi.
Lakukan check-in berkala dan sesi diskusi individual secara reguler. Sesi ini bisa menjadi ruang aman untuk mendengarkan cerita karyawan, bukan sekadar memeriksa angka.
Sediakan dashboard kinerja yang transparan. Tools digital mempermudah visualisasi progres KPI dan OKR, sehingga karyawan tahu arah pencapaiannya secara real-time.
Tambahkan elemen kualitatif seperti feedback dari rekan kerja dan tim. Ini memperkaya penilaian yang biasanya hanya fokus pada angka.
Peran Teknologi dalam Performa Review Modern
Berbagai platform HR berbasis teknologi kini mempermudah integrasi KPI, OKR, dan pendekatan humanis. Beberapa di antaranya adalah:
HRIS atau Human Resource Information System yang menyimpan data histori kinerja, absensi, hingga umpan balik.
Aplikasi OKR atau KPI tracker seperti Lattice, 15Five, atau Mirro yang memvisualisasikan progress karyawan dan memberikan notifikasi check-in secara otomatis.
Asisten berbasis kecerdasan buatan yang dapat menganalisis tren performa dan memberikan insight untuk pengambilan keputusan manajerial.
Dengan teknologi, evaluasi karyawan dapat dilakukan secara lebih sering, objektif, dan berdampak langsung terhadap pertumbuhan karyawan.
Tantangan dalam Implementasi dan Cara Mengatasinya
Meski pendekatan modern terlihat ideal, implementasinya tidak selalu mudah. Beberapa tantangan yang sering dihadapi antara lain:
Budaya kerja lama yang masih tertanam, di mana atasan dan karyawan terbiasa dengan sistem evaluasi tahunan.
Overload data atau terlalu banyak indikator yang akhirnya membingungkan dan menambah tekanan.
Kurangnya pelatihan bagi manajer dalam hal melakukan coaching yang efektif.
Untuk mengatasinya, perusahaan bisa memberikan pelatihan manajemen berbasis coaching, memilih metrik yang benar-benar relevan, serta menjalankan proses transformasi secara bertahap.
Kesimpulan: Menilai Kinerja dengan Data dan Empati
Performa review modern tidak lagi hanya soal angka, melainkan tentang bagaimana organisasi mendukung pertumbuhan individu. Kombinasi KPI dan OKR membantu perusahaan menjaga arah dan pencapaian, sementara pendekatan humanis menjaga semangat, kesehatan mental, dan loyalitas karyawan.
Di era kerja yang semakin fleksibel dan digital, perusahaan yang mampu menyeimbangkan antara logika dan empati dalam menilai kinerja akan membangun tim yang produktif, setia, dan berkembang bersama.
Sudah saatnya HR bertransformasi dari fungsi administratif menjadi mitra strategis dalam membangun budaya kerja yang sehat dan berkelanjutan. Dan performa review adalah fondasi penting dalam proses ini.